WE Online, Jakarta - Memulai langkahnya sejak peresmian kantor di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Desember 2020 lalu, kini antusias dan permintaan akan modem Tren merangkak cepat. Tercatat lebih dari 1.000 unit modem telah terjual sampai saat ini.
"Kami bisa dibilang satu-satunya, bukan di Indonesia bahkan di dunia yang menjual alat seperti ini secara direct selling," ujar Founder Tren, Martin Carter, dalam keterangan tertulisnya, Senin (8/3/2021).
Terkait itu, hal tersebut juga diamini Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penjualan Langsung Indonesia (AP2LI), Andrew Susanto.
"Bisnis Tren ini belum ada kompetitornya di Indonesia. Ini ide cemerlang dengan membuka usaha seperti ini karena internet memang menjadi kebutuhan saat ini," ujar Andrew.
Ditambahkan Martin, modem mobile internet Tren ini memberikan solusi untuk masyarakat dalam penyediaan kebutuhan internet.
"Modem kami berteknologi tinggi karena tidak menggunakan sim card, tidak ada kata blank spot karena bisa mencari jaringan dengan baik, asal di daerah itu ada menara BTS," lanjut Martin.
Co-Founder Tren, Allia Rosa menambahkan, bisnis ini tak mengenal masa. Bahkan di masa pandemi, kebutuhan masyarakat terhadap internet semakin tinggi.
"Kebutuhan akan akses internet semakin banyak karena orang banyak di rumah saja. Ini yang saya sebut sebagai peluang," kata Allia.
Lewat bisnis ini, Tren mengajak siapapun yang ingin bekerjasama membangun jaringan bisnis di bidang jaringan internet.
"Kami ada sistem kemitraan, sistemnya dibuat agar bisa menjadi solusi dan berkat bagi banyak orang," imbuh Allia.
Target Tren dalam tahun ini pun cukup signifikan. 100 ribu modem ditargetkan terjual dalam tahun ini.
Dalam gelaran Soft Launching ini, Tren mengajak member VIP-nya melakukan perjalanan ke sebuah pulau di Kepulauan Seribu dengan menaiki kapal Private Cruise Quicksilver.
Selama perjalanan para mitra dimanjakan dengan iringan live music dan hiburan menarik lainnya serta hidangan makan siang yang mewah.
Acara dilanjutkan dengan Gala Dinner di Batavia Marina yang dihadiri dan dibuka Ketua Umum AP2LI, Andrew Susanto dan Founder Yayasan Tangan Pengharapan, Yohanes Kristianus dan Henny Kristianus.